Minggu, 22 Januari 2012

:)

BERBAGAI HAMBATAN DALAM  KOMUNIKASI

1. Hambatan Teknis
    Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi.Menurut  dalam bukunya, 1976, Cruden dan Sherman  Personel Management jenis hambatan teknis dari komunikasi :
 - Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas
 - Kurangnya informasi atau penjelasan
 - Kurangnya ketrampilan membaca
 - Pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.

2. Hambatan Semantik
    Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau   secara secara efektif. Definisi semantik sebagai studi idea atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian (komunikator dan komunikan), tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adanya hubungan antara Simbol (kata) dan apa yang disimbolkan (arti atau penafsiran), dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.

3. Hambatan Manusiawi
    Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang, dll.
Menurut   Cruden dan Sherman :
- Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia.
Perbedaan persepsi, perbedaan umur, perbedaan keadaan emosi, ketrampilan
mendengarkan, perbedaan status, pencairan informasi, penyaringan informasi
- Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi.
Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staf dan efektifitas komunikasi organisasi.

2.4.1 Mengatasi kendala Komunikasi dalam Organisasi
    Beberapa solusi yang dapat ditawarkan dalam mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam proses komunikasi organisasi antara lain :
1.Hubungan Antar Personal
    Menciptakan hubungan intim yang dimiliki dengan orang-orang lain dalam tingkat pribadi, antar teman, sesama sebaya ataupun dengan atasan, biasanya disebut hubungan antar persona. Suatu anailisis khusus tentang hubungan antar pesona menyatakan bahwa kita akan berhasil menciptakan komunikasi dalam organisasi bila melakukan hal-hal berikut ini
1) Menjaga kontak pribadi yang akrab tanpa menumbuhkan perasaan bermusuhan
2) Menetapkan dan menegaskan identitas kita dalam hubungan dengan orang lain tanpa membesar-besarkan ketidaksepakatan.
3)Menyampaikan informasi kepada oranglain tanpa menimbulkan kebingunngan, kesalahpahaman, penyimpangan, atau perubahan lainnya yang disengaja
4) Terlibat dalam pemecahan masalah yang terbuka tanpa menimbulkan  sikap bertahan atau menghentikan proses
5) Membantu orang-orang lainnya untuk mengembangkan gaya hubungan persona dan antar pesona yang efektif
6) Ikut serta dalam interaksi social informal tanpa terlibat dalam muslihat

    Hubungan antar pesona cenderung menjadi lebih baik bila kedua belah pihak melakukan hal-hal berikut yaitu menyampaikan perasaan secara langsung dan dengan cara yang hangat dan ekspresif, menyampaikan apa yang terjadi dalam lingkungan pribadi mereka melalui penyingkapan diri, menyampaikan pemahaman yang positif, hangat kepada satu sama lainnya dengan memberikan respons-respons yang relevan dan penuh pengertian, bersikap tulus kepada satu sama lain dengan menunjukan sikap menerima secara verbal maupun non verbal, selalu menyampaikan pandangan positif tanpa syarat terhadap satu sama lainnya dalam perbincangan yang tidak menghakimi dan ramah, berterus-terang mengapa menjadi sulit atau bahkan mustahil untuk sepakat satu sama lainnya dalam perbincangan yang tidak menghakimi, cermat, jujur, dan membangun.





2. Hubungan Posisional
    Hubungan posisional ditentukan dengan pendekatan struktur dan tugas-tugas fungsional anggota organisasi. Menurut Koontz dan O’Donnel (1968) untuk mengatasi kesalahan umum yang merintangi kinerja efektif dan efisien individu dalam organisasi yang disebabkan ketidaklancaran proses komunikasi di organisasi adalah:
a. Merencanakan penempatan / pengaturan jabatan secara benar
    Sebagian dari kegagalan untuk merencanakan dengan benar lebih banyak terletak pada pengaturan orang-orang dari jabatan yang diberikan dari atasan sehingga pada akhirnya terjadi kegagalan dalam komunikasi horizontal dan vertikal yang ada dalam organisasi. Untuk dapat mencairkan kondisi tersebut ada baiknya melakukan rencana penempatan orang-orang yang ada di organisasi dengan berdasarkan kemampuan dan kesenioritasan yang diakui oleh individu-individu yang ada dalam organisasi

b. Berusaha menjernihkan hubungan
    Kegagalan untuk menjernihkan hubungan organisasi menimbulkan kecemburuan, percekcokan, ketidakamanan, ketidakefisienan,dan pelepasan tanggung jawab lebih banyak dari kesalahan lainnya dalam pengorganisasian. Untuk itu perlu adanya individu yang dapat menjadi jembatan untuk mencairkan situasi kebekuan komunikasi horizontal dan vertikal antar sesama rekan dan antara bawahan – atasan..

3. Hubungan berurutan
    Informasi disampaikan ke seluruh organisasi formal oleh suatu proses; dalam proses ini orang dipuncak hierarki mengirimkan pesan ; kepada orang kedua yang kemudian mengirimkannya lagi kepada orang ketiga. Reproduksi pesan orang pertama menjadi pesan orang kedua, dan reproduksi pesan orang kedua menjadi pesan orang ketiga. Tokoh kunci dalam sistem ini adalah pengulang pesan (relayor).
    A.G. Smith (1973) memperkenalkan empat fungsi dasar yang dilakukan seorang pengulang pesan, yaitu :menghubungkan, menyimpan, merentangkan dan mengendalikan. Para pengulang pesan adalah orang-orang perantara – penengah antara pengirim dan penerima. Mereka menghubungkan unit-unit sistem dengan menyelaraskan unit-unit tersebut satu sama lainnya19. Adakalanya pengulang pesan mengubah pesan yang dibawanya untuk tujuan menghasilkan keharmonisan antara unit-unit dalam sistem tersebut, namun mengubah pesan.
    Menurut Koontz dan O’Donnel (1968) untuk mengatasi kesalahan umum yang merintangi kinerja efektif dan efisien individu dalam organisasi yang disebabkan ketidaklancaran proses komunikasi di organisasi adalah:
1) Merencanakan penempatan / pengaturan jabatan secara benar. Sebagian dari kegagalan untuk merencanakan dengan benar lebih banyak terletak pada pengaturan orang-orang dari jabatan yang diberikan dari atasan sehingga pada akhirnya terjadi kegagalan dalam komunikasi horizontal dan vertikal yang ada dalam organisasi. Untuk dapat mencairkan kondisi tersebut ada baiknya melakukan rencana penempatan orang-orang yang ada di organisasi dengan berdasarkan kemampuan dan kesenioritasan yang diakui oleh individu-individu yang ada dalam organisasi
2) Berusaha menjernihkan hubungan kegagalan untuk menjernihkan hubungan organisasi menimbulkan kecemburuan, percekcokan, ketidakamanan, ketidakefisienan, dan pelepasan tanggung jawab lebih banyak dari kesalahan lainnya dalam pengorganisasian. Untuk itu perlu adanya individu yang dapat menjadi jembatan untuk mencairkan situasi kebekuan komunikasi horizontal dan vertikal antar sesama rekan dan antara bawahan – atasan..
    Dalam mengatasi kendala komunikasi dalam organisasi terdapat beberapa solusi untuk meminimalisir yaitu menciptakan hubungan intim yang dimiliki dengan orang-orang lain dalam tingkat pribadi, antar teman, sesama sebaya ataupun dengan atasan, biasanya disebut hubungan antar pesona. Kemudian perencanaan / pengaturan jabatan secara benar dan usaha untuk menjernihkan hubungan serta membuat reproduksi pesan orang pertama menjadi pesan orang kedua, dan reproduksi pesan orang kedua menjadi pesan orang ketiga. Tokoh kunci dalam sistem ini adalah pengulang pesan (relayor).


Mikrosokp

A.    SEJARAH MIKROSKOP

Antony Van Leuwenhoek orang yang pertama kali menggunakan mikroskop walaupun dalam bentuk sederhana pada bidang mikrobiologi. Kemudian pada tahun 1600 Hans dan Z Jansen telah menemukan mikroskop yang lebih maju dengan nama mikroskop ganda. Mikroskop berasal dari kata mikro yang berarti kecil dan scopium (penglihatan). Mikroskop adalah suatu benda yang berguna untuk memberikan bayangan yang diperbesar dari benda-benda yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi tersendiri.
Mikroskop pada prinsipnya terdiri dari dua lensa cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata) dan lensa okuler (dekat dengan benda). Baik objektif maupun okuler dirancang untuk perbesaran yang berbeda. Lensa objektif biasanya dipasang pada roda berputar, yang disebut gagang putar. Setiap lensa objektif dapat diputar ke tempat yang sesuai dengan perbesaran yang diinginkan. Sistem lensa objektif memberikan perbesaran mula-mula dan menghasilkan bayangan nyata yang kemudian diproyeksikan ke atas lensa okuler. Bayangan nyata tadi diperbesar oleh okuler untuk menghasilkan bayangan maya yang kita lihat.
Kebanyakkan mikroskop laboratorium dilengkapi dengan tiga lensa objektif : lensa 16 mm, berkekuatan rendah (10 X); lensa 4 mm, berkekuatan kering tinggi (40-45X); dan lensa celup minyak 1,8 mm (97-100X). Objektif celup minyak memberikan perbesaran tertinggi dari ketiganya. Lensa okuler terletak pada ujung atas mikroskop, terdekat dengan mata. Lensa okuler biasanya mempunyai perbesaran: 5X, 10X, 12,5X dan 15X. Lensa okuler terdiri dari lensa plankonveks yaitu lensa kolektif dan lensa mata

B.    BAGIAN-BAGIAN MIKROSKOP
:
1.    Kaki (basis) merupakan bagian mikroskop yang berfungsi untuk menyangga bagian mikroskop, biasanya berbentuk segi empat atau huruf U (tergantung jenis dan merek mikroskop).
2.    Tangkai (aksis), merupakan penghubung antara teropong dengan basis. Tangkai ini juga berfungsi sebagai penyokong teropong.
3.    Meja benda (stage) tempat meletakkan sediaan atau spesimen yang akan diamati. Bisanya berbentuk persegi terletak antara basis dan teropong. Meja benda dapat dinaik turunkan dengan menggunakan sekrup pengatur jarak antara teropong dengan sediaan.
4.    Sekrup penggerak sediaan (stage position adjustment), sekrup-sekrup ini berhubungan dengan penjepit sediaan, berjumlah dua buah sekrup yang tersusun dalam suatu sumbu vertikal, biasanya terletak dikanan/kiri meja benda. Sekrup-sekrup ini dapat digunakan untuk menggerakkan sediaan ke kanan atau ke kiri (sekrup bawah) dan menggerakkan sediaan ke depan atau belakang (sekrup atas).
5.    Sekrup pengatur jarak sediaan (Focus adjustment knob), terdiri atas dua buah sekrup yang tersusun dalam satu sumbu horisontal, menempel pada kanan-kiri tangkai (axis), di bawah meja benda. Sekrup-sekrup ini berfungsi untuk mengatur jarak benda dengan lensa obyektif. Sekrup besar (makrometer) dapat menaik-turunkan meja benda dengan jarak perpindahan yang besar, sedang
6.    sekrup yang kecil (micrometer) dapat digunakan untuk menggerakkan meja benda dengan jarak perpindahan kecil (halus).
7.    Teropong, merupakan bagian mikroskop yang mengandung komponen optik.
8.    Pada bagian teropong yang dekat dengan mata pengamat terdapat lensa okuler. Daya perbesaran lensa ini bermacam-macam tergantung pada jenis mikroskop. Daya perbesaran lensa okuler biasanya tercantum pada lingkaran disekeliling lensa. Mikroskop yang memiliki satu lensa okuler disebut mikroskop monokuler, sedang yang memiliki dua lensa okuler disebut mikroskop binokuler.
9.    Pada bagian teropong yang dekat dengan meja sediaan terdapat beberapa lensa obyektif dengan kemampuan perbesaran lensa yang berbeda-beda (masing-masing nilai perbesaran lensa tercantum pada tabung lensa obyektif) terpasang pada revolver yang dapat diputar.
10.    Diafraghma, terletak di bawah meja benda, berfungsi untuk mengatur banyaknya sinar yang masuk.
11.    Kondensor merupakan lensa yang terletak pada meja benda bagian bawah, berfungsi untuk memusatkan berkas cahaya yang melaluinya.
12.    Filter, berupa gelas bundar yang berwarna biru, hijau maupun warna lain, biasanya terletak di bawah meja benda, berfungsi untuk mengurangi silau atau memperjelas obyek dengan menyerap warna sinar-sinar tertentu (seringkali pada mikroskop yang kita gunakan tidak dijumpai adanya filter).
13.    Lampu terletak pada bagian basis, merupakan sumber cahaya. Pada mikroskop yang menggunakan cahaya alam dapat dijumpai adanya cermin cekung yang berfungsi sebagai pengumpul berkas-berkas sinar dari lengkungan.


C.    MACAM-MACAM MIKROSKOP
1.    Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya memiliki perbesaran maksimal 1000 kali. Mikroskop memeiliki kaki yang berat dan kokoh agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga dimensi lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop.Lensa okuler pada mikroskop bias membentuk bayangan tunggal (monokuler) atau ganda (binikuler). Paada ujung bawah mikroskop terdapat dudukan lensa obektif yang bias dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa mikroskop yang lain.
Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih barasal dari sinar matahari yang dipantulkan oleh suatu cermin dataar ataupun cukung yang terdapat dibawah kondensor. Cermin in akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada mikroskop modern sudah dilengkapai lampu sebagai pengganti cahaya matahari.
Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan menentukan daya pisah specimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.Lensa okuler, merupakan lensa likrskop yang terdpat dibagian ujung atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfugsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif. Perbesran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4-25 kali.Lensa kondensor berfungsi untukk mendukung terciptanya pencahayaan padda objek yang akan difokus, sehinga pengaturrnnya tepat akan diperoleh daya pisah maksimal, dua benda menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfatjika daya pisah mikroskop kurang baik. (Mikroskop wikipeda 27/09/2007)
2. Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran relative besar. Mikroskop stereo memiliki perbesasran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat dilihat secara 3 dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hamper sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa objektif. Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandinhkan denan mikroskop cahaya ssehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga objek yang tebbbbbbbal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasannya 3 kali, sehingga prbesaran objek total minimal 30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lenda objektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengaturan focus objek terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan pengaturan perbesaran terletak diatas pengatur fokos. (Mikroskop wikipeda 27/09/2007)

3. Mikroskop Elektron
Adalah sebuah mikroskop yang mampu melakuakan peambesaran obyek sampai duajuta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro maknetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan p[embesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus dari pada mikroskop cahaya. Mikroskop electron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektro maknetikmyang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.
Macam –macam mikroskop elektron:
1)     Mikroskop transmisi elektron (TEM)
2)     Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
3)     Mikroskop pemindai elektron
4)     Mikroskop pemindai lingkungan electron (ESEM)
5)    Mikroskop refleksi elektron (REM)


4. Mikroskop Ultraviolet
Suatu variasi dari mikroskop cahaya biasa adalah mikroskop ultraviolet. Karena cahaaya ultraviolet memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari pada cahaya yang dapat dilihat, penggunaan cahaya ultra violet untuk pecahayaan dapat meningkatkan daya pisah menjadi 2 kali lipat daripada mikroskop biasa. Batas daya pisah lalu menjadium. Karena cahaya ultra violet tak dapat di;lihat oleh nata manusia, bayangan benda harus direkam pada piringan peka cahaya9photografi Plate). Mikroskop ini menggunakan lensa kuasa, dan mikroskop ini terlalu rumit serta mahal untuk dalam pekerjaan sehari-hari.
5. Mikroskop Pender (Flourenscence Microscope)
Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda asing atau Antigen (seperti bakteri, ricketsia, atau virus) dalam jaringan. Dalam teknk ini protein anttibodi yang khas mula-mula dipisahkan dari serum tempat terjadinya rangkaian atau dikonjungsi dengan pewarna pendar. Karena reaksi Antibodi-Antigen itu besifat khas, maka peristiwa pendar akanan terjadi apabila antigen yang dimaksut ada dan dilihat oleh antibody yang ditandai dengan pewarna pendar. (Volt, Wheeler, 1988. mikrobiologi dasas, Jakarta. Erlangga)

6. Mikroskop medan-gelap
Mikroskop medan gelapdigunakan untuk mengamati bakteri hidup khususnya bakteri yang begitu tipis yang hamper mendekai batas daya mikrskop majemuk. Mikroskop medan-Gelap berbeda dengan mikroskop cahaya majemuk biasa hanya dalam hal adanya kondensor khusus yang dapat membentuk kerucut hampa berkas cahaya yang dapat dilihat. Berkas cahaya dari kerucut hampa ini dipantulkan dengan sudut yang lebih kecil dari bagian atas gelas preparat.
7. Mikroskop Fase kontras
Cara ideal untuk mengamati benda hidup adalah dalam kadaan alamiahnya : tidak diberi warna dalam keadan hidup, namun pada galibnya fragma bend hidup yang mikroskopik (jaringan hewan atau bakteri) ttembus chaya sehingga pada masing-masing tincram tak akan teramati, kesulitan ini dapat diatasi dengan menggunakan mikroskop fasekontras. Prinsip alat ini sangat rumit.. apabila mikroskop biasa digunakan nuklus sel hidup yang tidak diwwarnai dan tidak dapat dilihat, walaupun begitu karena nucleus dalam sel, nucleus ini mengubah sedikit hubungan cahaya yang melalui meteri sekitar inti. Hubungan ini tidak dapaat ditangkap oleh mata manusia disebut fase. Namun suatu susunan filter dan diafragma pada mikroskop fase kontras akan mengubah perbedaan fase ini menjadi perbedaan dalam terang yaitu daerah-daerah terang dan bayangan yang dapat ditangkap oleh mata dngan demikian nucleus


D. PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA MIKROSKOP

Sifat bayangan pada mikroskop di tentukan pada 2 lensa, yaitu lensa objekif dan lensa okuler. Lensa objektif mempunyai sifat bayangan maya, terbalik dan diperkecil. Sedngkan lensa okuler mempunyai sifat bayangan nyata, tegak dan diperbesar.
Benda yang diamati diletakkan sedekat mungkin dengan titik fkus lensa objektif. Sedangkan mata kita tepat berada I lensa okuler.
Mata pengamat berda dibelakang lensa objektif yang kebetulan bayangan dari okule tepat di titik focus ensa okuler dinamakan pegamat secara rilks dan pengamatan dilakukan secara terakomendasi bila bayangan objektif berada diruang etama okuler.
Mikroskop yang terdiri dari lensa positif bayangan akhir barada jauh tak terhingga, yang memiliki sifat bayangan diperbesar, maya dan tegak









Jumat, 13 Januari 2012

Simulasi estimasi populasi hewan

SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWAN

Nama   : UMAIRA
Nim     : A1C408010

Program Studi Pendidikan Biologi,
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jamb
Jln.Bulian-Jambi, Mendalo Darat 36361


Abstrak

Praktikum dengan judul SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWAN ini bertujuan untuk menerapkan metode capture-mark-release-recapture untuk memperkirakan besarnya populasi simulan dan membandingkan hasil estimasi dari 2 rumus yaitu rumus petersen dan schnabel.Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu,3 desember 2011 bertepat di laboratorium pmipa universitas jambi. Alat dan bahan yang digunakan adalah 2 buah toples yang berisi dua macam warna kancing putih dan hitam dengan jumlah tertentu. Adapun hasil yang di dapatkan yaitu untuk rumus petersen 451 dengan standar eror 204,24 sedangkan dengan rumus schanable 1426,08 dengan standar eror 12,69 .


Kata kunci: simulasi, estimasi, populasi, ekologi

PENDAHULUAN

Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989)
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.(Soetjipta.1992)
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi.(Hadisubroto.T.1989)
    Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang dapat dihitung. Misalnya untuk sampling populasi rumput dipadang rumput dapat digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau rumput dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture mark release recapture (CMMR) (Tim Penyusun Ekologi, 2006).
Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistic yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota opulasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (=kerapatan spesifik).
Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat.
Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi.
Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :
1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.
2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil populasi.(PETERSON). (Soetjipta.1992)

Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode CAPTURE-RECAPTURE. Merupakan metode yang sudah popular untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil.
Metoda ini ada beberapa cara yaitu:
1. Metoda Linceln-Peterson

Metoda ini pada dasrya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap.
Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi (N) dengan rumus:
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
Pada metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sample, selalu ada kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode capture-recapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart Errror = SE nya)
SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3
Setelah diketahui SE nya dapat ditentukan selang kepercayaannya:
N=(1)(SE)  Dengan catatan, t=(df) Dalam table distribusi t Α(tingkat signifikasi)=0,05
Untuk menghitung kepadatan (d) populasi pada hewan disuatu habitat tertentu (A) maka dihitung dengan rumus :  D=N/A

2. Metode Schnabel

Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample relatif kecil), dapat digunakan schanabel. Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode lincon-peterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode yang berikutnya. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus:       
N=∑(ni Mi)/∑Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya,
Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i
Maka Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan rumus:
SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))
Dengan catatan:
K = jumlah periode sampling dan Mi=Jumlah total hewan yang bertanda.(Sugianto.A.1994)

METODE PRAKTIKUM
ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum simulasi estimasi populasi hewan yaitu dua buah toples dan Kancing baju berwanna putih berjumlah ± seperempat dari tinggi toplesdan Kancing baju berwarna hitam berjumlah ± seperempat dari tinggi toples.

PROSEDUR KERJA
Percobaan ini dilakukan pada hari kamis, tanggal 3 Desember 2011 di ruang Laboratorium P.MIPA Universitas Jambi.
Prosedur Kerja:
      1.   Diambil segenggam kancing berwarna hitam dalam toples, dan menukarkan kancing  
             tersebut dengan kancing berwarna putih sebagai hewan yang ditandai.
     2.    Dikocok toples agar kancing homogen.
     3.    Diambil cuplikan yang kedua dengan cara yang sama, apabila terdapat sejumlah   
            kancing berwarna lain dianggap sebagai (Ri).
     4.    Dilakukan cuplikan tersebut sebanyak 10 kali.
     5.    Dihitung dengan rumus Scanabel dan Peterson.
     6.     Data yang didapat diisi di dalam table yang telah tersedia dibuku penuntun praktikum.

 Metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan dalam pengamatan ini adalah Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil populasi.(PETERSON) dan Metode Schnabel, yang menggunakan simulasi kancing baju.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Hasil yang didapat pada praktikum simulasi estimasi npopulasi hewan yaitu dengan cuplikan yang dilakukan hingga 10 kali , pada cuplikan pertama dengan ni =41  dan jumlah hewan yang bertanda 41,untuk cuplikan kedua ni = 44, Ri = 4 E hewan bertanda = 34,mi =41 dan (ni.mi)=1804, dan seterusnya sampai cuplikan 10 , sehingga didapatkan hasilkeseluruhan total ni =461, jumlah total Ri= 107 ,total mi = 331, total (ni.mi)= 79995. Untuk lebih jelas lagi, praktikan sajikan hasil dalam bentuk table, yaitu :
K      ni              Ri    jmlh hewan bertanda     mi    (ni.mi)
1      41              -                41                     -   
2      44              4               40                     41    1804
3      39              5               34                     81    3159
4      59              11               48                    115    6785
5      44              11               33                    163    7172
6      47              15               32                    196    9212
7      51              15                36                    228    11628
8      59              15               44                    264    15576
9      36              13               23                    308    11088
10    41              18                23                    331    13571
jmlh  461            107                                      331   79995
total   
   
 Setelah didapatkan hasil keseluruhan,untuk selanjunya hasil tersebut dihitung dengan menggunakan 2 rumus yaitu rumus petersen dan rumus schanable, untuk rumus petersen didapatkan hasil 451 dengan standar eror 204,24 sedangkan dengan menggunakan rumus schanable didapat hasil 1426,08 dengan standar eror 12,69 . Dan selisih yang didapat adalah 975,08 maka untuk selang kepercayaannya tidak dapat kami tampilkan hasil, dikarenakan tidak adanya table distribusi untuk perhitungan.


PEMBAHASAN

Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai simulasi estimasi populasi hewan. Kami mendapatkan Hasil yang sudah tertera diatas.Hasil perhitungan menggunakan rumus SCHANABEL, maka didapat hasil 1426,08 dengan standar eror 12,69 Sedangkan pada data yang dilakukan perhitungan dengan PETERSON didapat hasil 451 dengan standar eror 204,24. Dan selisih yang didapat adalah 975,08 maka untuk selang kepercayaannya tidak dapat kami tampilkan hasil, dikarenakan tidak adanya table distribusi untuk perhitungan.

Menurut Sugianto,agus. Model Peterson menangkap sejumlah individu dari sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan
 ( Penangkapan Ke 2 terhadap sejulah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi indifidu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan ke dua.
Kami mendapatkan rumus Peterson dari hasil praktikun yang kami lakukan yaitu :

N/M=n/R atau N=(M)(n)/R

Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
Dan hasil dari standar errernya menggunakan rumus:
                                                     
                                                      SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3

Sedangkan hasil model scanabel yang kami dapati yaitu menggunakan rumus :

N=∑(ni Mi)/∑Ri


Dan untuk kesalahan Baku (SE),dapat dihitung engan rumus :

SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))

Metode schanebel ini dapat digunakan untuk mengurangi ke tidak valitan dalam metode PETERSON. Metode ini membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. (Agus.1994)

Setelah menghitung besarnya jumlah kancing baju menggunakan metode Peterson dan metode Schnabel dapat dibandingkan bahwa perhitungan dengan menggunakan metode PETERSEN lebih mendekati jumlah yang sebenarnya dibandingkan dengan metode SCHANABLE.
PENUTUP

Kesimpulan

•    Percobaan simulasi estimasi populasi hewan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu metode Capture-Mark-Release-Recapture (CMMR)
•    Penghitungan sebaran populasi yang diperoleh dapat dilakukan dengan penghitungan Schanabel dan Patersen. Penggunaan rumus Schanabel lebih akurat karena perhitungan dilakukan untuk setiap cuplikan yang dilakukan.
•    Penghitungan dengan rumus Patersen mendapatkan hasil 451 dengan kesalahan baku (standar eror) 204,24
•    Penghitungan dengan rumus Schanabel melalui total seluruh data mendapatkan hasil 1426,08 dengan kesalahan baku (standar eror) 12,69
•    Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetic) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu

DAFTAR PUSTAKA


Hadisubroto,tisno.1989. Ekologi Dasar.DeptDikBud : Jakarta
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta
Soegianto,agus.1994,Ekologi Kwantatif. Usaha Nasional : Surabaya
Soetjipta.1992.Dasar-dasar Ekologi Hewan.DeptDikBud DIKTI : JakartaSuin,nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta
LAMPIRAN
Rumus petersen
N = n. M/R
    = 44 X 41/4
    = 1804/4
    = 451
SE = (M.n) (M-R) (n-R)/ R3
     =   ( 41x44) (41-44) (44-4)/64
     = 2669920 / 64
     = 41717,5
     = 204,24

Rumus schanable
N = ∑ ( NI.MI ) / ∑.ri
    = ∑ ( 461.331 ) / 107
    = 152591 / 107
    = 1426,08

SE =   1 / (  1/N-mi+ k-1/N) – ( 1/N-ni )
     =    1 / (1/1426,08-331 + 10-1/ 1426,08) – ( 1/ 1426,08 – 461)
     =   12,69



















Populasi dekomposer

POPULASI DEKOMPOSER

UMAIRA ( A1C408010 )
Dosen pengampu : Ir. Bambang Hariyadi M.Si,PH.d
Program Studi Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi, 2011

Abstrak

Praktikum dengan judul populasi dekomposer ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ekosistem yang bekerja membantu menghancurkan bahan organik. Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, desember 2011 bertepat di hutan universitas jambi. Alat dan bahan yang digunakan adalah botol kispray, formalin, tali, gelas akua, dn pinset. Hasil yang didapat pada praktikum ini yaitu cacing berjenis lumbrikus dan spesies A  tidak di ketahui,jumlah keseluruhan cacing berjenis lumbrikus dari semua kelompok yaitu 45, sedangkan cacing spesies A berjumlah 3, selanjutnya dugaan besar populasi totalnya yaitu 77,8 .

Kata kunci : populasi, dekomposer
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dekomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut. Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Tanah tersusun atas empat bahan utama, yaitu bahan mineral, bahan organic, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya masing—masing berbeda pada setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah. Pada tanah lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering (bukan sawah) umumnya mengandung 45%(volume) bahan mineral, 5% bahan organic,  20-30% udara dan  20-30 % air.
Di dalam tanah, berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian, secara umum terdapat dua golongan jasad hayati tanah, yaitu yang menguntungkan dan yang merugikan. Jasad hayati yang menguntungkan ini, yaitu yang terlibat dalam proses dekomposisi bahan organic dan pengikatan unsure hara. Keduanya bermuara pada penyedian hara tersedia bagi tanaman serta sebagai pemangsa parasit. Sedangkan jasad yang merugikan adalah yang memanfaatkan tanaman hidup, baik sebagai sumber pangan maupun sebagai inangnya, yang disebut sebagai hama atau penyakit tanaman ataupun sebagai kompetitor dalam penyerapan hara dalam tanah. Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniselular) meskipun beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Ilmu yang mempelajari. (Kusnadi, dkk, 2003)
1.2 Kajian Pustaka
Dalam suatu ekosistem terjadi suatu siklus kehidupan dan kematian. Organisme yang disebut pengurai (Dekomposer) yaitu bakteri, jamur, dan mikroorganisme lainnya bertanggung jawab terhadap kesempurnaan siklus hidup dan matinya. Organisme pengurai tersebut menguraikan bahan-bahan organic yang dapat digunakan oleh organisme produsen, tanpa hadirnya organisme pengurai maka suatu ekosistem akan dipenuhi oleh sampah, bangkai tanaman dan hewan. (Darmono, 2001: 6-7)
Decomposer atau pengurai adalah organisme yang berperan menguraikan organisme lain yang telah mati. Makhluk hidup yang berperan sebagai pengurai diantaranya:
•    Mikroorganisme (Jasad Renik) Adalah makhluk hidup (organisme yang berukuran mikroskopis (sangat kecil)tidak dapat dilihat oleh mata. Sehingga untuk melihatnya diperlukan alat yang disebut mikroskop. Contohnya: bakteri, algae unicellular (alga satu sel), Fungi unicellular (jamr satu sel).
•    Makroorganisme, Adalah makhluk hidup yang berukuran lebih besar dari mikroorganisme dan dapat dilihat oleh mata biasa. Contohnya: Larva, Serangga, Cacing, Kumbang, dan fung multicelluler. ( Seto wardono : 10-11).
Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang melakukan berbagai kegiatan bagi kehidupan mahkluk hidup lainnya atau dengan perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan makhluk –makhluk alami. Populasi mikrobiologi yang mendiami tanah, bersama dengan berbagai bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat lebih tinggi membentuk suatu system kehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan mineral dan sisa –sisa bahan organic yang ada dalam tanah. Komposisi kuantitatif populasi dalam tanah dan kualitatif alam lingkungannya dapat dikatankan adalah sangat tergantung pada sumber dan kondisi alami dari tanah itu dan komposisi relative dari unsure- unsure organic dananorganik  Decomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut.
Beberapa hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) seperti cacing tanah, kutu juga berperan dalam pengurai sampah. Sesuai dengan peranannya dalam rantai makanan, mikroorganisme pengurai dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :
•    Kelompok I (Konsumen tingkat I) yang mengkonsumsi langsung bahan organik dalamsampah, yaitu : jamur, bakteri, actinomycetes.
•    Kelompok II (Konsumen tingkat II) mengkonsumsi jasad kelompok I, dan;
•    Kelompok III (Konsumen tingkat III), akan mengkonsumsi jasad kelompok I dan Kelompok II.(Tohaga, 2009)
Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah, Bahan Pakan Ternak, Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit, Bahan Baku Kosmetik dan bahan baku makanan untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia. (Sasmita.D.W.1994)
Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah. Cacing tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke dalam tanah,dan mengeluarkan secret mucus yang dapat memperbaiki struktur tanah. Celah-celah yang dibuat oleh cacing tanah dinamakan drilosfer, yang kaya bahan organic dan nutrien anorganik. Kondisi lingkungan tanah yang baik ini merupakan lingkungan yang baik untuk organisme. Cacing memiliki enzim selulosa dan khitinase yang ada pada ususnya yang membantu mendegradasi selulosa dan polimer khitin. (lud,2005)
Factor-faktor fisik yang mempengaruhi cacing tanah adalah :
a) kemasaman pH tanah,
b)kelengasan tanah,
c)temperatur,
d)aerasi dan CO2.
e)bahan organic.
f)jenis tanah,dan
g) suplai nutrisi.(Kemas Ali)
Dalam Dwidjoseputro (2005) dijelaskan bahwa ada beberapa genera bakteri yang hidup dalam tanah (misalnya Azetobacter, Clostridium, dan Rhodospirillum) mampu untuk mengikat molekul-molekul nitrogen guna dijadikan senyawa-senyawa pembentuk tubuh mereka, misalnya protein. Jika sel-sel itu mati, maka timbullah zat-zat hasil urai seperti CO2 dan NH3 (gas amoniak). Sebagian dari amoniak terlepas ke udara dan sebagian lain dapat dipergunakan oleh beberapa genus bakteri (misalnya Nitrosomonas dan Nitrosococcus) untuk membentuk nitrit. Nitrit dapat dipergunakan oleh genus bakteri yang lain untuk memperoleh energi daripadanya. Oksidasi amoniak menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat berlangsung di dalam lingkungan yang aerob. Peristiwa seluruhnya disebut nitrifikasi. Pengoksidasian nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh Nitrobacter.
Decomposer berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut serta beberapa jenis organisme (seperti beberapa macam bakteri dan jamur) yang memecah kembali menjadi unsur atau zat organik dalam rangka daur ekologi dengan hidup dari atau merusak protoplasma yang mati. (Bahtera,2009)
Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah.Cacing tanah ( terutama cacing hujan ) dari yang terkecil hingga yang terbesar , yang menghuni tanah tanah perkarangan , sawah tegalan , tanah tanah hutan dan lain lainnya . Banyak spesiesnya bermanfaat bagi penyuburan tanah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.    dapat mempercepat pelapukan sisa sisa tanaman
2.    Kotoran cacing dapat meningkatkan kesuburan tanah atau kadar NPK pada tanah
yang di huninya
3.    lorong lorong yang dibuatnya dalam tanah ( terutama pada lapisan top soil ) memungkinkan masuknya udara sehat ke dalam tanah dan terdesaknya kelebihan zat CO2 ke luar dalam tanah. (Shvoong,2008)
Metode Praktikum
2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum populasi dekomposer  yaitu komunitas tumbuhan, formalin, pinset, botol.

2.2 Prosedur Kerja
Percobaan dilakukan dengan membuat plot berukuran 1x1 meter. Setiap kelompok melakukan pengamatan terhadap lima buah plot pada tempat yang berbeda. Plot dibersihkan terlebih dahulu dari berbagai serasah yang menutupi tanah dan ekosistem yang akan diamati. Kemudian dengan larutan formalin 40% yang telah dibuat disemprotkan merata ke setiap plot yang telah dibersihkan sebelumnya. Setelah 15-20 menit penyemprotan cacing akan keluar. Berbagai jenis dari spesies cacing yang terlihat diambil dan dimasukkan dalam larutan formalin 40% lalu di bilas dengan air bersih dilanjutkan dengan penimbangan dan identifikasi jenis yang diperoleh dan ditampilkan dalam bentuk kolom data kelas.
Buat kolom nama jenis, unit cuplikan dan ulangannya. Pada tiap jenis dalam masing‐masing unit cuplikan sebutkan jumlah individu yang diperoleh. Jumlahkan kearah horizontal dan vertikal. Jumlah arah vertikal hanya melihat jumlah individu dalam setiap cuplikan sementara jumlah arah horizontal hanya melihat besar masing‐masing jenis tanpa memperhatikan banyak individu dalam setiap cuplikan kemudian dilanjutkan dengan perhitungan dugaan populasi (N).
Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil

Jenis          unit cuplikan/ ulangan   
                                               
                    1    2      3      4            ∑
lumbrikus    15    7    11    12           45
spesies A           1     2                       3
∑                                                     48

Besar populasinya yaitu :
N =   X2
        X – S2                                                                                    X = 45/2 = 22,5
                                                                                                     S = 22 =  4
N =    22,5 2
           22,5 - 42
     =  506,25
           6,5
    =  77,8
          
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapat ,cacing berjenis lumbricus lebih mendominasi di tanah, wilayah hutan unja , selanjutnya ada sedikit cacing yang dianggap spesies A, jumlah dugaan besar populasi total dari hasil yang didapat yaitu berjumlah, 77,8 .
Dalam jumlah cacing yang telah ditemukan dalam populasi yang diamati,.
Umumnya cacing yang didapat berukuran kecil, hal ini dapat dikarenakan oleh jenis cacing pengurai yang berada dalam keadaan lembab di daerah hutan umumnya adalah jenis dari cacing yang memang berukuran kecil.Pada 15 menit pertama hanya beberapa cacing yang muncul, hal ini bisa dikarenakan keadaan tanah yang belum terlalu jenuh. Setelah 20 menit setelah penyiraman formalin pada tanah barulah cacing banyak dijumpai, hal ini bisa disebabkan oleh keadaan tanah yang sudah mulai jenuh. Ketidakhomogenan data dan pemerolehan cacing pada masing-masing kelompok dapat dikarenakan oleh struktur tanah yang berbeda.
Cacing merupakan salah satu dekomposer makroorganisme yang mampu menguraikan sampah-sampah dan sisa-sisa mkhluk hidup yang ada pada lingkungan hidupnya. Dan sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa cacing yang berbeda habitatnya akan berdampak pada kepadatan populasi cacing. Cacing di tempat kering populasi cacingnya sangat kurang. Berbeda dengan tanah yang lembab, Populasi cacing tanah lebih banyak bila dbandingkan dengan di tempat yang kering. Faktor kelembaman inilah yang akan menentukan proses kehidupan cacing tanah dan populasinya. Sedangkan cacing yang hidup ditempat kering, kita akan menemukan jumlah populasinya lebih sedikit bila dibandingkan engan populasi cacing tanah pada tempat lembab. Karena perolehan makanan kurang di tempa kering. Makanan cacing dari organisme yang telah mati dan mampu mengubahnya menjadi partikel-partikel organik, organisme yang dimaksud adalah organisme yang bersel satu. Contohnya bakteri dan jamur yang disebut juga dekomposer yang merupaka sumber makanan yang penting untuk makanan cacing dan insecta yang hidup di alam tanah ataupun air. Dengan begitu jelas cacing yang tinggal di daerah lembab lebih gemuk dari pada cacing yang hidup di daerah kering.
Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah. Cacing tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke dalam tanah,dan mengeluarkan secret mucus yang dapat memperbaiki struktur tanah.
Proses permulaan yang dilakukan adalah penyemprotan air sabun ke permukaan plot. Deterjan digunakan untuk untuk mendatangkan makro fauna tanah di sekitar tempat pengamatan dengan bau yang dihasilkan. Namun, penyemprotan minyak tanah dapat mendatangkan lebih banyak cacing karena tanah lebih cepat jenuh dan baunya lebih menyengat jika dibandingkan dengan air sabun.
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah., dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim.

Penutup

4.1 Kesimpulan


•    Dekomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut
•    Umumnya didalam tanah dekomposernya adalah cacing tanah dan jenis-jenis serangga pengurai/pelebur bahan organik
•    Cacing tanah merupakan salah satu makroorganisme terpenting dalam penghancuran bahan organik yang terdapat di dalam tanahPersaingan


DAFTAR PUSTAKA

Bahtera.2009.PerananDekomposer.http://bahtera.org/kateglo/?mod=dictionary&action=vie
                       Diakses 2 januari 2012
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran Hubungannya Dengan Tiksokologi Senyawa Logam. Jakarta : U Press
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Malang: JICA
Tohaga.2009.Manajemen Instalasi Pengolahan Sampah Organik                  
               http://pdpasartohaga.wordpress.com. Diakses 2 januari 2012
Wardono,Seto. 2005. Lingkungan Hidup. Jakarta : Vilar Bamboo Kuning














Alelopati

ALELOPATI

UMAIRA ( A1C408010 )
Program Studi Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi, 2011

Abstrak

Baik tumbuhan, hewan ataupun makhluk hidup yang lainnya melakukan persaingan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Hal ini dapat memperlihatkan adaptasi antar makhluk hidup dengan sesamanya, makhluk hidup yang lainnya dan lingkungannya. Terdapat beberapa tumbuhan yang menghasilkan senyawa kimia dalam melakukan persaingan. Senyawa kimia ini dapat menghambat pertumbuhan jenis tumbuhan lainnya. Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh alelopati atau jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman palawija. Praktikum dilakukan di Laboratorium biologi Universitas Jambi namun penelitian lebih lanjut dilakukan di rumah salah satu anggota kelompok praktikan
Kata kunci : Alelopati, alang-alang

PENDAHULUAN


Alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti "satu sama lain" dan pathos yang berarti "menderita". Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya. Sebagian alelopati terjadi pada tumbuhan dan dapat mengakibatkan tumbuhan di sekitar penghasil alelopati tidak dapat tumbuh atau mati, contoh tanaman alelopati adalah Ekaliptus (Eucalyptus spp.). Hal ini dilakukan untuk memenangkan kompetisi nutrisi dengan tanaman lain yang berbeda jenis/spesies. Oleh karen itu, alelopati dapat diaplikasikan sebagai pembasmi gulma sehingga mengurangi penggunaan herbisida sintetik yang berbahaya bagi lingkungan. Contoh alelopati di dalam ekosistem perairan adalah beberapa dinoflagelata dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merugikan fitoplankton, ikan, dan binatang laut lainnya.
Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan metabolit sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji. Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan, pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering terjadi akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar.
Indikasi terjadinya fenomena alelopati dapat terlihat melalui beberapa bentuk, di antaranya adalah autotoksisitas, efek residu, dan penghambatan gulma. Autotoksisitas terjadi bila alelopati terjadi di antara individu dalam satu spesies yang sama, contohnya spesies Medicago sativa (alfalfa), Trifolium spp. (semanggi), dan Asparagus officinalis (asparagus). Hal ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab pertumbuhan tanaman yang tidak sama pada tahun-tahun berikutnya dalam pertanian. Salah satu bentuk alelopati tanaman lainnya adalah residu dari beberapa tanaman diketahui dapat mengurangi perkecambahan gulma.
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan disetiaporgan tumbuhan, antara lain terdapat di daun, batang, akar, rhizoma, buah, biji, umbi, serta bagian-bagian tumbuhan yang membusuk. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalahgolongan fenol.Persaingan diantara tumbuhan secara tak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan.Didalam tanah, sistem-sistem akar nersaing untuk air dan bahan makanan, dan karena merekatidak bergerak, ruang menjadi suatu faktor yang penting, sekresi akar dan daun-daun yang jatuh menambah skretori tanah serta senyawa limbah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain dalam tempat sekitarnya.Dalam rangka persaingan hidup, kadang- kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkansenyawa kimia. senyawa kimia tersebut dapat menghambat pertumbuhan jenis lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Peristiwa semacam ini disebut alelopati.
Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antartumbuhan, antarmikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995a). Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston, 1996).
Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar, batang, daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino nonprotein, sulfida serta nukleosida. (Rice,1984; Einhellig, 1995b).
Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun abiotik. Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya (Rice, 1984; Einhellig, 1995b). Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui serangkaian proses yang cukup kompleks, namun menurut Einhellig (1995b) proses tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran.
Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga populasi hunian umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya proses interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi pada tumbuhan penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap senyawa ini.
Proses pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi antarspesies atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan organisme lainnya, baik dalam hal makanan, habitat, atau dalam hal lainnya.
METODE PRAKTIKUM
ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum alelopati ini adlah bagian akar dan daun alang-alang dan akasia, biji kacang hijau dan jagung, cawan petri, kertas saring, mangkuk penngerus, gelas akua, blender, pisau dan gunting.

PROSEDUR KERJA

Prosedur Kerja:
 1. Dibuat  ekstrak daun alang alang dengan cara berikut :
    Dihancurkan dan dihaluskan bagian tumbuhan yang dipilih tersebut dengan blender.
    Buatlah ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan air, dengan perbandingan bagian    tumbuhan : air yaitu :
1 :7, 1 : 14, dan 1 : 21, dibiarkan selama 24 jam . setelah 24 jam, disaring ekstrak yang di peroleh dengan menggunakan alat penyaring.                                                                                                                     2. Diletakkan biji jagung atau biji kacang hijau pada gelas akua, sebanyak 9 gelas setiap regu.
 3.Disiram sebanyak 5 ml ekstrak alelopati ke dalam gelas akua yang telah berisi biji kacang hijau atau biji jagung.
4.Tiap regu dapat memilih kombinasi perlakuan,biji kacang hijau atau biji jagung dengan perlakuan ( kontrol dan perlakuan ekstrak dengan salah satu konsentrasi 1: 7 atau 1: 14 atau 1:12
 5.Tiap regu terdapat 3 (tiga ) perlakuan dengan masing masing perlakuan 3 ulangan
 6.Diamati perkecambahan biji biji tersebut selama 1 minggu, ditentukan persen kecambahnya dan ukur panjang kecambahn
7.Dengan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap digunakan sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian ekstrak bahan alelopati terhadap respon pertumbuhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang didapat pada praktikum alelopati adalah :
a. pengamatan hari ke- 2
ulangan    po ( kontrol )    po ( 1:7 )    po (1:14)    po (1:21)
1                  0,2 cm         0,1 cm        0,1 cm        0,1 cm
2                  0,2 cm         0,3 cm        0,3 cm        0,3 cm
3                  0,3 cm         0,1 cm        0,1 cm        0,1 cm
∑▒yi            0,7 cm         0,5 cm        0,5 cm        0,5 cm

b. pengamatan hari ke- 3
ulangan    po ( kontrol )    po ( 1:7 )    po (1:14)    po (1:21)
1             0,3 cm             0,3 cm             0,3 cm    0,3 cm
2             0,3 cm             0,4 cm             0,5 cm    0,4 cm
3             0,4 cm             0,4 cm             0,3 cm    0,3 cm
∑▒yi       1,0 cm             1,1 cm             1,1 cm    1,0 cm

c. pengamatan hari ke -4
ulangan    po ( kontrol )    po ( 1:7 )    po (1:14)    po (1:21)
1                  3,2 cm           2,7 cm       2,1 cm       2,6 cm
2                  2,6 cm           2,4 cm       5,4 cm       5,6 cm
3                  3,4 cm           3,1 cm       2,5 cm       3,3 cm
∑▒yi            9,2 cm           8,2 cm       10 cm       11,5 cm


 d. pengamatan hari ke-5
ulangan    po ( kontrol )    po ( 1:7 )    po (1:14)    po (1:21)
1                10,5cm            3,9 cm        4,1 cm    5,0 cm
2                 8,5 cm            3,0 cm       10,0 cm    9,4 cm
3                11,0 cm           7,5 cm       9,7 cm    10,1 cm
∑▒yi          30,0 cm         14,4 cm      23,8 cm    24,5 cm

d. pengamatan hari ke-6
ulangan    po ( kontrol )    po ( 1:7 )    po (1:14)    po (1:21)
1              13,0 cm             5,0 cm         6,0 cm    9,0 cm
2              10,7 cm        -  13,5 cm       12,5 cm
3              14,5 cm            10,0 cm       12,0 cm    13,0 cm
∑▒yi        38,2 cm           15,0 cm        31,5 cm    34,5 cm

d. pengamatan hari ke-7
ulangan    po ( kontrol )    po ( 1:7 )    po (1:14)    po (1:21)
1              15,3 cm    -         9,7 cm    11,0 cm
2             16,2 cm    -        16,0 cm    14,5 cm
3            18,0 cm              13,0 cm    15,1 cm    15,8 cm
∑▒yi       49,5 cm             13,0 cm     40,8 cm    41,3 cm

d. pengamatan hari ke-8
ulangan    po ( kontrol )    po ( 1:7 )    po (1:14)    po (1:21)
1                19,2 cm    -     13,4 cm    15,1 cm
2                18,1 cm    -    19,6 cm    16,0 cm
3                21,0 cm          17,2 cm    17,0 cm    17,4 cm
∑▒yi         58,3 cm           17,2 cm    50,0 cm    48,5 cm


PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dapat dilihat pertumbuhan kacang hijau tumbuh begitulambat ( kekerdilan ) ini diakibatkan perlakuan dari ekstrak akasia yang menghambat pertumbuhan kacang hijau tersebut.Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat berupa gas, atau zatcair yang keluar dari akar. Hambatan pertumbuhan akibat adanya aleopati adalah dapat terjadi pada pembelahan selnya, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, sintesis protein,dan lain-lainnya.
Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas atau eksudat yang turun kembali ketanah dan eksudat dari akar. Jenis zat pada umumnya berasal dari golonganfenolat, terpenoid, dan alkaloid.Dapat kita lihat pada perlakuan allelopati 5% rata- rata tinggi tanama 8,16 cm, disinidapat kita lihat bahwa pemberian perlakuan menghambat pertumbuhan kacang hijau karena inidisebabkan adanya faktor penghambat dari ekstrak akasia yang digunakan untuk menyiram tanaman.

Substansi yang aktif bertindak dalam peristiwa alelopati diistilahkan dengan fisotoksisdari pelapukan sisa tanaman. Bahan kimia yang dihasilkan tanaman dan merugikan tanaman lainadalah secara potensial bersifat ototoksik. Ototoksisitas sebagai penghambat tumbuhan tersebut penghasil substansi alelokemik tersebut menunjukkan adanya pengaruh intra spesifik.Sianogenesis merupakan suatu reaksi hidrolisis yang membebaskan gugusan HCN. Sinidamenghambat perkembangan pertumuhan akar dan biji. Zat ±zat inilah yang bersifat menghambat petumbuhan tanaman, sehingga disebut sebagai zat penghambat.

Alelopati kebanyakan berada pada jaringan tanaman seperti daun, akar, batang, rizoma, bunga, buah maupun biji dan dikeluarkan dengan cara seperti penguapan, eksudasi dari akar, pencucian dan pelapukan residu tanaman.
Batang
Batang juga dapat mengeluarkan alelopati, meskipun jumlahnya tak sebanyak daun. Namun demikian, batang-batang seperti jerami yang dilapukkan dan mengandung substansi alelopati dapat sebagai sumber terjadinya alelopati.
Daun
Nampaknya daun merupakan tempat terbesar bagi substansi beracun yang dapat mengganggu tumbuhan tetangganya. Substansi itu pada umumnya tercuci oleh air hujan  atau embun yang terbawa kebawah. Jenis substansi yang beracun itu, meliputi asam organik, gula, asam amino, pektat, asam giberelat, terpenoid, alkaloid, dan fenolat. Sebagai contoh diutarakan daun Chrisantheum (sukmana, 1985). 
Buah
Buah sebagai penghasil substansi beracun penghambat pertumbuhan sangat sedikit diperbincangkan, meskipun sebenarnya cukup potensial. Saebagai contoh dapat diutarakan bahwa air buah tomat, air jeruk dan limau berupa penghambat perkecambahan. Buah yang terlampau masak dan jatuh ketanah kemudian terjadi pembusukan akan dapat mengeluarkan substansi beracun dan dapat menghambat pertumbuhan disekitar tempat itu.
Bunga dan Biji
Dalam bunga juga dikenal sejumlah substansi yang dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman. Dalam biji pun dikenal sejumlah substansi penghambat pada perkecambahan biji dan mikroorganisme.
Kebanyakan substansi pertumbuhan umumnya merangsang pertumbuhan dan berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan dalam morfogenesis. Suatu kelompok substansi lain yang berbeda yang mempengaruhi pertumbuhan, umumnya menghambat pertumbuhan dan disebut penghambat pertumbuhan. Penghambat pertumbuhan yang paling umum adalah senyawa-senyawa aromatik, seperti fenol dan lakton.
PENUTUP

Kesimpulan

    Zat yang terkandung didalam ektrak akasia yang dibuat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Sebab kacang hijau menyerap zat dari ekstrak akasia yang diberikan pada setiap perlakuan.
    Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.
     Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antartumbuhan, antarmikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme

DAFTAR PUSTAKA

Einhellig FA. 1995a. Allelopathy: Current status and future goals. Dalam Inderjit, Dakhsini KMM, Einhellig FA (Eds). Allelopathy. Organism, Processes and Applications. Washington DC: American Chemical Society. Hal. 1 – 24.
Rice EL. 1984. Allelopathy. Second Edition. Orlando FL: Academic Press.
            Sukmana, Y.& Yakub.1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Grafindo Persada : Jakarta

Lampiran:

 Presentase Hidup Kecambah=(Jmlah tanaman  Hidup )/(Total Tanaman Yang Ada)  X 100
Presentase Hidup Kecambah Kontrol=3/3  X 100=100%
Presentase Hidup Kecambah 1:7= 1/3  X 100=33%
PrePresentase Hidup Kecambah 1:14= 3/3  X 100=100%
Presentase Hidup Kecambah 1:21= 3/3  X 100=100%

Presentase Hidup Kecambah secarah keseluruhan Presentase Hidup Kecambah=(Jmlah tanaman  Hidup )/(Total Tanaman Yang Ada)  X 100
Presentase Hidup Kecambah=10/12  X 100=83,3%

Menganalisis data dengan menggunakan analisis of varian
FK= ( Y..²)/(t.r)       
     = ( 174²)/((4).(3))       
     = ( 30276)/12= 2523

JKT+ (A² + F²) – FK
=(19,2² +13,4² +15,1²+18,1²+19,6²+16²+21²+17,2²+17²+17,4²) – 2523
=(368,64+179,56+228,01+327,61+384,16+256+441+295,84+289+362,76) -2523
=3072,58-2523
=549,58

JKP= ∑▒〖yi^2-FK〗
JKP= Yi^2/r- Fk
JKP= (58,3²+17,2²+50²+48,5²)/3- 2523
JKP= (3398,89+295,84+2500+2325,25)/3- 2523
JKP= 8546,98/3- 2523
       =2848,9933 -2523
       =325,9933

KTP= JKP/db
KTP= 325,9933/3
       =108,66443

JKG = JKT-JKP
=549,58-325,9933
=223,59

KTP= JKG/dbg
KTP= 223,59/9
        =24,84
Tabel Sidik Ragam
Sumber Keragaman    Db    JK         KT      F Hitung    F Tabel
                                                                                 0,05    0,01
Perlakuan                   3    325,99    108,66    4,37       
Galat                          9    223,59    24,84        _       

F Hitung P = KTP/KTG
F Hitung P = 108,66/24,84
                 =4,37


Lampiran :

 Presentase Hidup Kecambah=(Jmlah tanaman  Hidup )/(Total Tanaman Yang Ada)  X 100
Presentase Hidup Kecambah Kontrol=3/3  X 100=100%
Presentase Hidup Kecambah 1:7= 1/3  X 100=33%
PrePresentase Hidup Kecambah 1:14= 3/3  X 100=100%
Presentase Hidup Kecambah 1:21= 3/3  X 100=100%

Presentase Hidup Kecambah secarah keseluruhan Presentase Hidup Kecambah=(Jmlah tanaman  Hidup )/(Total Tanaman Yang Ada)  X 100
Presentase Hidup Kecambah=10/12  X 100=83,3%

Menganalisis data dengan menggunakan analisis of varian
FK= ( Y..²)/(t.r)       
     = ( 174²)/((4).(3))       
     = ( 30276)/12= 2523

JKT+ (A² + F²) – FK
=(19,2² +13,4² +15,1²+18,1²+19,6²+16²+21²+17,2²+17²+17,4²) – 2523
=(368,64+179,56+228,01+327,61+384,16+256+441+295,84+289+362,76) -2523
=3072,58-2523
=549,58

JKP= ∑▒〖yi^2-FK〗
JKP= Yi^2/r- Fk
JKP= (58,3²+17,2²+50²+48,5²)/3- 2523
JKP= (3398,89+295,84+2500+2325,25)/3- 2523
JKP= 8546,98/3- 2523
      =2848,9933 -2523
      =325,9933


KTP= JKP/db
KTP= 325,9933/3
       =108,66443

JKG = JKT-JKP
=549,58-325,9933
=223,59

KTP= JKG/dbg
KTP= 223,59/9
        =24,84
Tabel Sidik Ragam
Sumber Keragaman    Db    JK        KT       F Hitung    F Tabel
                                                                                  0,05    0,01
Perlakuan                   3    325,99    108,66    4,37       
Galat                          9    223,59    24,84       _       

F Hitung P = KTP/KTG
F Hitung P = 108,66/24,84
                 =4,37


Daur karbon

DAUR KARBON

UMAIRA ( A1C408010 )
Dosen pengampu : Ir. Bambang Hariyadi M.Si,PH.d
Program Studi Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi, 2011

Abstrak

Praktikum dengan judul daur karbon ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara produsen dan konsumen didalam ekosistem,. Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, desember 2011 bertepat lab nipa lantai 2 universitas jambi. Alat dan bahan yang digunakan adalah hydrilla sebagai produsen, ikan kecil sebagai konsumen, karet gekang, larutan bromtimol biru, air, sumber cahaya, dan kamar gelap.. Hasil yang didapat organisme-organisme yang mati/ kurang aktif terlebih dahulu terdapat pada plastik yang diberi perlakuan tempat gelap karena tidak tersedianya cahaya pada tempat gelap. Organisme tersebut membutuhkan zat oksigen dan karbondioksida

Kata kunci : daur, karbon
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan ini kita sebagai manusia saling membutuhkan satu sama lain dan juga saling melengkapi. Begitu juga dengan hewan dan tumbuhan, kedua jenis makhluk hidup ini dalam kehidupannya saling melengkapi dan membutuhkan satu sama lain dengan sesama jenisnya.Makhluk hidup tidak dapat ini tanpa saling melengkapi satu sama lain. Seperti hubungan antara produsen dan konsumen. Pada siklus karbon terdapat juga hubungan antara produsen dan konsumen, hal ini mutlak adanya dan hal ini berguna untuk menjaga kestabilannya tersebut. Pada siklus karbon ini baik produsen maupun konsumen memilki peran masing-masing yang tentu saja sangat penting dalam proses terjadinya hubungan antara produsen dan konsumen. Untuk dapat mengetahuinya kita dapat mempelajarinya.Proses di alam sudah tertata rapi. Setiap tahap dari suatu proses seluruhnya berjalan dengan peranan tertentu yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup mahluk di alam. Tetapi manusia sering kali menciptakan suatu proses baru, dengan alasan untuk kesejahteraannya yang malah menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan proses alam, sampai akhirnya menimbulkan bencana. Mari kita simak sebuah contoh, suatu proses yang terjadi di alam, yaitu siklus karbon.Satu elemen penting di biosfer adalah karbon. Karbon adalah tulang belulang dari komponen organik dan tersusun mendekati dari 40% sampai 50% dari berat keadaan alam sekitar. Ada lebih komponen yang terbuat dari karbon dari pada kombinasi elemennya. Banyak dari karbon di bumi ditransfer dalam bentuk bahan bakar fosil, batu bara, tanah yang dipakai sebagai bahan bakar, minyak, dan gas alam (Lim, 1998).
Siklus karbon melibatkan seluruh lingkungan yang ada di alam semesta, meliputi atmosfer, biosfer, hidrosfer dan geosfer. Karena itu, siklus karbon disebut sebagai siklus biogeokimia. Pada setiap lingkungan dan antara lingkungan terjadi pertukaran karbon. Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui). Karbon adalah elemen penting karena dapat membentuk bahan organik yang diperlukan bagi kehidupan di bumi. Karbon melalui rute perjalanannya di bumi mengalami suatu siklus yang disebut “siklus karbon”. Melalui siklus karbon kita dapat mempelajari aliran energi di bumi karena hampir seluruh energi kimia yang dibutuhkan untuk hidup disimpan pada bahan organik. Siklus karbon memiliki dua bagian penting yaitu, siklus di daratan dan siklus di perairan. Siklus karbon di perairan meninjau pergerakan karbon melalui ekosistim laut dan siklus karbon di darat meninjau pergerakan karbon melalui ekosistim daratan. Kandungan CO2 bebas di udara adalah sekitar 0,033%, dan cenderung mengalami peningkatan dari hasil penggundulan hutan dan pembakaran bahan bakar fosil.
Meskipun karbon merupakan unsur yang sangat langka dalam sektor bumi yang tidak hidup tetapi didalam benda hidup terdapat 18%. Kemampuan saling mengikat pada atom-atom karbon merupakan dasar untuk keragaman molekular dan ukuran molekular dan tanpa ini tidak akan ada.Selain pada bahan organik, karbon sebagai gas karbon dioksida dan sebagai batuan karbonat (koral). Yang sangat membutuhkan senyawa hijau yang dapat menetralkannya.Umumnya karbon ditemui berupa hasil pembakaran dari dalam tubuh mahluk hidup, dan hal ini biasanya diseimbangkan dengan adanya tumbuhan hijau sebagai perombak karbon menjadi oksigen sebagai pembentuk siklus karbon itu sendiri.

1.2 Kajian Pustaka
Siklus karbon memiliki arti yang luas. Dalam siklus karbon cadangan di atmosfer adalah sangat kecil jumlahnya jika dobandingklan dengan jumlah karbon yang ada didalam laut, minyak bumi dan cadangan-cadangan lain di dalam kerak bumi. Kehilangan karbon dalam aktifitas pertanian (misalnya karena penambahan karbon ke atmosfer lebih banyak dari pada yang disebabkan karena yang diikat oleh tanaman-tanaman tidak dapat menggantikan karbon yang dilepaskan dari tanah, terutama yang diakibatkan karena seringnya pengolahan tanah. (Hadioetomo, 1993).
Dalam siklus karbon, atom karbon terus mengalir dari produsen ke konsumen dalam bentuk molekul CO2 dan karbohidrat, sedangkan energy foton matahari digunakan sebagai pemasok energi yang utama. produsen memerlukan CO2 yang dihasilkan konsumen untuk melakukan fotosintesis. Dari kegiatan fotosintesis tersebut, produsen dapat menyediakan karbohidrat dan oksigen yang diperlukan oleh konsumen untuk melangsungkan kehidupannya (Anshory, 1984).
Dari hasil penelitian sumber karbon dalam bentuk glukosa atau maltosa meningkatkan aktifitas enzim dalam sel Bacillus sp. Pada kondisi anaerob karbondioksida direduksi menjadi metan (CH¬4) oleh mikroorganisme. Bakteri Methylococcus mampu mengoksidasi metan menjadi karbon dioksida.Aspek penting lain dari karbon adalah reaksi nonbiologi yaitu pertukaran antara karbon dioksida, karbonat dan bikarbonat yang umum terjadi dalam perairan. Pada kondisi tertentu karbonat akan berpresipitasi dengan membentuk batu kapur (lime stone). (Muslimin.L.W.1996)
Karbon tersimpan dalam bentuk molekul karbondioksida (C2) dan oksigen dalam betuk molekul oksigen yaitu O2. Karbon diikiat oleh tanaman dalam proses fotosintesis dan dihasilkan bahan organik. Bila bahan ini dioksidasikan akan menghasilkan kembali karbondioksida. Dari proses fotosintesa diatas selain dihasilkan bahan organik berupa karbohidrat juaga dihasilkan oksigen. Bahan organik hasil fotosintesa berpindah ke herbivore dan pemangsa dan kembali ke cadangan melalui respirasi dan kegiatan bakteri. Sisa bahan organik yang tidak dilapuk melalui proses-proses geologicklainnya akan membentuk gambut, batu bara dan minyak bumi. Gambut dan batu bara mengandung karbon terikat, besarnya kandungan tergantung pada tingkat pelapukannya. Bahan tambang ini akan menghasilkan karbon ke udara bebas setelah dibakar.(Jumin.H.B.1989)
CO2 dibentuk menjadi senyawa tertentu melalui proses fotosintesis. Senyawa ini bergabung dengan berbagai cara membentuk materi organism. Selama proses fotosintesis berjalan, energi dijalinkan ke dalam senyawa organic. Senyawa organik yang dihasilkan oleh produsen dapat diteruskan kepada konsumen. Waktu produsen atau konsumen menggunakan energi dari senyawa-senyawa organic, CO2 dapat dilepas kembali baik ke udara maupun ke dalam air, bergantung pada lingkungan hidup organism. Tetapi selama masih ada energi yang dapat dipergunakan, senyawa-senyawa organic akan tetap ada. Baik produsen maupun konsumen dapat membuang sisa materi yang mengandung karbon. Kalau organism mati tubuh mereka akan tinggal sebagai tumpukan suatu senyawa-senyawa karbon. Organisme saprovor (pembusuk) menyempurnakan proses pelepasan karbon (dalam bentuk CO2) dari sisa kotoran dan jasad-jasad yang mati. Sebagian besar dari saprovor yang menjadi konsumen terakhir, adalah mikroorganisme, kecuali jamur yang jelas dapat dilihat dengan mata bugil. Kadang-kadang proses pembusukkan yang dilakukan oleh sapravor berjalan sangat lambat, sehingga selama masa berjuta-juta tahun sejumlah besar senyawa karbon dapat menumpuk dalam bentuk gambut, batubara dan minyak bumi. Beberapa organism mengalihkan arus karbon melalui batu karang yang selanjutnya tertimbun sebagai batuan. Dengan demikian, lintasan arus utama siklus karbon adalah dari atmosfer atau hidrosfer ke dalam jasad hidup, kemudian kembali lagi ke atmosfer atau hidrosfer (Amir, 1981).
Hydrillasp
Hidrilla sp. Adalah tanaman hijau yang hidup di air. Tumbuhan air sangat berpengaruh terhsdsp zat-zat makanan untuk orgsnisme hidup. Tumbuhan juga memegang peranan penting dalam transfor oksigen, karbon dioksida, dan gas-gas lain melalui badan air dan dalam pertukaran gas-gas tersebut pada bidang persentuhan antara air-atmosfir.(Rukaesih,2004)

Metode Praktikum
2.1 Waktu dan Tempat:
Waktu : sabtu,  desember 2011
Tempat :Laboratorium Universitas Jambi Lantai II Mendalo Darat.

2.2 Alat & Bahan:
•    Ikan kecil sebagai konsumen
•    Hydrilla sebagai produsen
•    Larutan bromtimol biru
•    Air
•    Botol kaca yang ukurannya sama

2.3 Cara Kerja :

•    Disiapkan dua percobaan masing-masing (A dan B) masing-masing percobaan terdiri dari empat botol.Ditandai botol-botol ini dengan A1,A2,A3,A4 dan B1,B2,B3,B4.
•    Setiap botol diisi dengan air sampai permukaan air kira-kira 20mm dibawah mulut botol.
•    Ditambahkan 3-5 tetes bromtimol biru kedalam tiap-tipa botol.
•    Dimasukkan kedalam botol A1 dan B1 ikan kecil, A2 dan B2 ikan kecil dan Hydrilla, A3 dan B3 Hydrilla saja dan kedalam botol A4 dan B4 tidak dimasukkan ikan kecil atau Hydrilla.
•    Ditutup semua botol biakan tersebut rapat-rapat, usahakan agar tutup tersebut tidak bocor.
•    A(1-4) ditempatkan ditempat terang dan B(1-4) ditempatkan ditempat gelap.
•    Setelah 24 jam diamati semua botol biakan,dan dicatat perubahan yang terjadi.Dilakukan setiap hari selama 7 hari.


Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil
Hari/tgl   
Sabtu, 17 des 2011
A ( terang )
A1 . keadaan sama dengan awal
A2 . keadaan sama dengan awal
A3 . Keadaan sama dengan awal
A4 . keadaan sama dengan awal  
B ( gelap )
B1. Keadaan sama dengan awal
B2. Keadaan sama dengan awal
B3. Keadaan sama dengan awal
B4. Keadaan sama dengan awal
Minggu 18 des 2011  
( terang )
A1 keadaan sama dengan awal
A2 .ikannya mati, air sedikit keruh
A3. terdapat uap air dan air masih sama
A4 .terdapat uap air, air sedikit keruh  
( gelap )
B1. Keadaan sama dengan awal&beruap
B2. Ikan masih hidup dan beruap
B3. Terdapat uap air & air masih bening
B4. Terdapat uap air,air sedikit keruh
Senin 19 des 2011 
( terang )
A1.terdapat uap air,air bening
A2.ikannya membusuk,air keruh dan      berbuih
A3. terdapat uap air dan hidrilla masih segar
A4 .terdapat uap air,kotoran ikan, air keruh
  ( gelap )
B1. Ada uap air, air masih bening
B2. Ikan mati,terdapat uap air, air sedikit keruh
B3. Terdapat uap air, keadaan air masih seperti semula
B4. Terdapat uap air,ikan mati,air menjadi keruh
Selasa 20 des 2011  
( terang )
A1.terdapat uap air,air masih bening
A2.ikan mengelurkan bau busuk,air menjadi semakin keruh dan hydrilla menjadi kuning
A3.terdapat uap air yang sangat banyak dan hydrilla masih segar
A4.ikan mati,keadaan air keruh dan terdapat uap air 
( gelap )
B1. Ada uap air, air masih bening
B2. Ikan mati,terdapat uap air, air sedikit keruh
B3. Terdapat uap air, keadaan air masih seperti semula
B4. Terdapat uap air,ikan mati,air menjadi keruh
rabu 21 des 2011  
( terang )
A1.terdapat uap air,air masih bening
A2.ikannya membusuk,air smkin keruh. Hydrlla kuning, banyak uap air
A3.Air berubah menjadi keruh terdapat uap air
A4.ikan busuk,air keruh terdapat uap air  
(gelap )
B1. Ada uap air, air masih bening
B2. Ikan busuk,terdapat uap air, hydrilla kuning banyak uap air
B3. Air sedikit keruh ,banyak uap air
B4.ikan busuk, air keruh dan Terdapat uap air
Hari/tgl   
kamis, des 2011 
A ( terang ) 
A1 . keadaan air masih sama seperti semula
A2 . keadaan sama sperti hari rabu tetapi terdpat buih pada permukaan air
A3 . hydrilla tidak brubah, keadaan air sedikit keruh da terdapat banyak uap air
A4 . ikan mulai mengeluarkan bau busuk dan air menjadi keruh 
  B ( gelap )
B1. Keadaan air sama seperti awal
B2. Ikan mengeluarkan bau busuk, air menjadi lebih keruh dan hydrilla menjadi kuning
B3. Hydrilla tidak berubah dan  sedikit menjadi keruh serta terdapat uap air
B4. Ikan mulai mengeluarkan bau busuk, air menjadi keruh serta terdapat uap air
jum’at des 2011 
( terang )
A1 .keadaan air masih sama seperti semula
A2 .air sangat keruh dan berbuih, hydrilla mulai rontok
A3. Hydrilla tidak berubah, air sedikit keruh dan terdapat uap air
A4 .ikan masih mengeluarkan bau busuk dan terdapat banyak uap air  
(gelap)
B1. Keadaan masih sama seperti semula
B2. Air sangat keruh dan hydrilla mulai rontok serta terdapat buih dipermukaan air
B3. Hydrilla tidak berubah dan keadaan air menjadi keruh
B4. Ikan masih mengeluarkan bau busuk serta terdapat buih dipermukaan air
sabtu des 2011 
(terang )
A1.masih seperti semula
A2.bau busuk mulai berkurang dan hydrilla sudah rontok serta terdapat buih
A3. hydrilla kuning dan mulai rontok serta terdapat uap air
A4 .air menjadi sangat keruh dan beruap
(gelap)
B1. Masih seperti semula
B2. Hydrilla membusuk dan sudah rontok serta terdapat buih
B3. Hydrilla kuning dan mulai rontok air menjadi lebih keruh
B4. Air menjadi sangat keruh dan banyak terdapat uap air


3.2 Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan untuk dapat memahami peran produsen dan konsumen pada siklus karbon digunakan dua perlakuan yang berbeda-beda, ada yang ditempat terang, dan ada yang ditempat gelap. Misalnya pada Air brotimol yang diberi perlakuan dengan memasukkan ikan kecil dan Hydrilla yang dalam satu minggu warnanya akan berubah menjadi agak keruh hal ini dapat dikarenakan oleh adanya karbon yang dihasilkan oleh ikan kecil yang mengakibatkan timbulnya warna keruh pada air media biakan namun dapat dinetralisasikan sedikit oleh adanya Hydrilla yang mampu merombak karbon menjadi oksigen. Sedangkan pada botol yang berisikan ikan kecil saja, warna akan berubah menjadi keruh sekali hal ini dikarenakan karbon yang dikeluarkan oleh ikan kecil dan tidak adanya perombak karbon dalam hai ini adalah Hydrilla. Botol yang berisikan Hydrilla saja, warnanya tetap jernih hal ini dikarenakan tidak adanya ikan kecil atau mahluk hidup yang menghasilkan karbon yang dapat merubah warna air menjadi keruh.Dan pada indicator warna tetap biru seperti awal karna tidak ada reaksi karbon yang terjadi sebab tidak diberi perlakuan apa-apa.
Dari hasil yang telah kita peroleh dapat dilihat bahwa organisme-organisme yang mati/ kurang aktif terlebih dahulu terdapat pada tabung yang diberi perlakuan ditempat gelap, hal ini karena tidak terjadi fotosintesis ditempat gelap karena tidak tersedianya cahaya pada tempat gelap. Organisme-organisme tersebut membutuhkan zat O2, CO2, dan karbohidrat. Peristiwa yang ditunjukkan dengan perubahan warna pada bromtimol biru adalah peristiwa respirasi, karena peristiwa respirasi menghasilkan CO2 yang sangat sensitif terhadap bromtimol biru, kesensitifan ini dapat dilihat dengan adanya perubahan warna pada bromtimol biru. Apabila terjadi respirasi yang cukup banyak, botol tersebut tampak berembun.. Hasil yang diperoleh adalah semua organisme yang ditempatkan ditempat gelap akan mati semua karena tidak tersedianya cahaya untuk produsen melakuakan proses fotosintesis, tanpa adanya O2 yang dihasilkan pada proses fotosintesis, konsumen tidak dapat hidup dan melakuakn proses respirasi. Disini siklus karbon berperan atau berjalan jika berubah menjadi kuning yang sebelumnya indikatornya berwarna biru.
Tumbuhan hijau dan hewan serta organisme yang lain berperan aktif dalam kelangsungan siklus karbon. CO2 merupakan salah satu komponen pokok untuk berlangsungnya fotosintesis. Dengan bantuan energi cahaya maka CO2 merupakan salah satu komponen pokok untuk berlangsungnya fotosintesis.
Dengan bantuan energi cahaya maka CO2 dan H2O oleh tumbuhan hijau akan diubah menjadi senyawa organik berupa glukosa (C6H12O6) dan Oksigen ( O2) melalui reaksi yang disederhanakan sebagai berikut :
6 C O2 + 6 H2 O C6 H12 O6 = 6 O2
Oksigen dihasilkan dalam fotosintesis tersebut akan dimanfaatkan oleh hewan dan organisme lain untuk respirasi. Dari proses respirasi tersebut akan dihasilkan CO2H2O dan energi melelui persamaan reaksi yang disederhanakan sebagai berikut :
C6H12O6 + 6O2  6CO2 + 6H2O + Energi
CO2 yang dihasilkan dalam respirasi tersebut akan dilepas kembali ke lingkungan, kemudian akan digunakan untuk fotosintesis tumbuhan hijau begitu seterusnya. Dari kedua kegiatan tersebut tampak bahwa fotosintesis dan respirasi saling bekerja sama untuk kelangsungan siklus karbon dan oksigen. Sejumlah karbon untuk sementara berada dalam jaringan tumbuhan atau hewan, tetapi karbon tersebut akan kembali ke siklus setelah tumbuhan atau hewan tersebut mati kemudian diuraikan oleh makhluk pengurai. Jika sisa-sisa bahan organic dari pembusukan hewan dan tumbuhantertimbuan dalam lapis tanah lebih dari 600 juta tahun maka karbon dikandung akan keluar dari siklus karbon yang utama. Tetapi oleh panas akan tekanan dalam lapis kerak bumi zat tersebut akan diubah menjadi bahn baker fosil misalnya batubara, minyak bumi dan gas bumi. Jika bahan baker fosil tersebut digunakan sebagai bahan baker dalam berbagai industri maka karbon yang dikandung akan dilepas kembali ke lingkungan dalam bentuk CO2 sebagai hasil proses pembakaran. Selanjutnya CO2 tersebut akan digunakan kembali oleh tumbuhan hijau untuk fotosintesis begitu seterusnya.
Dari proses fotosintesa diatas selain dihasilkan bahan organic berupa karbohidrat juaga dihasilkan oksigen. Bahan organic hasil fotosintesa berpindah ke herbivore dan pemangsa dan kembali ke cadangan melalui respirasi dan kegiatan bakteri. Sisa bahan organic yang tidak dilapuk melalui proses-proses geologic lainnya akan membentuk gambut, batu bara dan minyak bumi. Gambut dan batu bara mengandung karbon terikat, besarnya kandungan tergantung pada tingkat pelapukannya. Bahan tambang ini akan menghasilkan karbon ke udara bebas setelah dibakar

Penutup

4.1 Kesimpulan

•    Produsen berperan sebagai penyedia oksigen dan karbohidrat bagi konsumen,
•    Konsumen berperan sebagai penyedia CO2 untuk produsen untuk digunakan produsen dalam melakukan proses fotosintetis
•     Hubungan produsen dan konsumen saling bergantung satu sama lain, jika salah satu tidak dapat melakukan proses dengan baik maka proses lainnya tidak akan bisa berjalan
•     Dalam melakukan proses fotosintesis mutlak diperlukan bantuan cahaya matahari, Sinar matahari, CO2, O2, dan karbohidrat sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan antara hubungan produsen dan konsumen



DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta: Yogyakarta Andi
Amir, A. 1981. Biologi umum. Gramedia. Jakarta.
Anshory, I. 1984. Biologi umum. Genesa Exact. Bandung
Hadioetomo, ratna Sari. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT. Gramedia: Jakarta.
Jumin.H.B.1989.Ekologi Tanaman.Rajawali Press: Jakarta
Lim, D. 1998. Microbiology Second Edition. McGraw Hill Companies : New York
Muslimin.L.W.1996. Mikrobiologi Lingkungan.UI Press : Jakarta